Hetalia: Axis Powers - Taiwan

Senin, 22 September 2014

Terapi Nyeri Keperawatan (Non-Farmakologi)

Hai haiii~
ini postingan kedua setelah postingan percobaan (?) pertama hasil diskusi kelompok pertama kali saya saat kuliah..
dan kali ini saya akan mencoba sedikit membagi secuil ilmu yang baru saya dapatkan dalam beberapa minggu selama kuliah..
dan ini adalah tentang APA ITU TERAPI NON FARMAKOLOGI..??
jujur, awal pertama saya baca dua kata itu, saya hanya bisa manggut-manggut seolah mengerti..
karna benar-benar penasaran dengan teknik askep dalam dunia keperawatan yang satu itu, akhirnya saya mencooba browsing, searching dan 'ing-ing' lainnya lewat internet..
dan tadaaa... ini hasilnya...
check it out ^^


TERAPI NON FARMAKOLOGI
Terapi non-farmakologis merupakan terapi tanpa menggunakan obat-obatan.

  • Intervensi kognitif- perilaku (Cognitive-Behavioral Interventions)
Intervensi  kognitif –perilaku didisain untuk mendidik klien dan memodifikasi sikap dan perilaku klien. Pendekatan nonfarmakologi ini merupakan bagian penting dari pendekatan multimodal untuk manajemen nyeri dan dapat digunakan bersama obat analgesik yang tepat.
Tujuan utama intervensi ini adalahuntuk menolong klienmencapai perilaku kontrol terhadap nyeri.

Keuntungan Dan Kekurangan Jenis-Jenis Terapi Nonfarmakologi

Intervensi
Keuntungan
Kekurangan
Relaksasi, Imagery (Guide Imagery), Biofeedback, distraksi, dan reframing
1.      Dapat menurunkan nyeri dan kecemasan tanpa penggunaan obat yang dapat menimbulkan efek samping
2.      Dapat digunakan atau dijadikan sebagai terapi tambahan (adjuvanty teraphy) dengan terapi modalitas lainnya 
3.      Dapat meningkatkan Kontrol pasien terhadap rasa nyeri
4.      Biaya tidak mahal, tidak membutuhkan alat khusus dan mudah dilakukan    
 1.      Klien harus selalu di motivasi untuk menggunakan strategi manajemen diri  (self-management strategies)
2.      Membutuhkan waktu khusus untuk mengajarkan intervensi kepada klien
Pendidikan Kesehatan (Penkes) mengenai nyeri
1.      Efektif dalam memperbaiki kemampuan klien untuk mengikuti aturan pengobatan dalam menurunkan nyeri
2.      Mendukng perawatan diri (self-care)/kemandirian  dalam perawatan nyeri dan manajemen efek samping obat.    
 1.      Membutuhkan waktu khusus untuk mengajarkan kepada klien mengenai aturan pengobatan
Psikoterapi, hipnosis, dan structured support
1.      Menurunkan yeri dan kecemasan bagi pasien yang mengalami kesulitan dalam mengatasi (memanajemen) nyeri
2.      Dapat meningkatkan kemampuan koping (coping skills)klien
 1.      Membutuhkan keahlian  khusus/seoarang terapis
Cutaneous stimulation (simulasi kulit atau bagian superfisial ) : kompres hangat, dingin, dan pijat (Massage)
1.      Dapat mengurangi nyeri, inflamasi, atau sepasme otot
2.      Dapat digunakan sebagai terapi tambahan (adjuvanty teraphy) bersama dengan terapi modalitas lainnya.
3.      Relative mudah untuk digunakan
4.      Dapat diberikan oleh pasien sendiri atau keluarga
5.      Harganya relatif  murah
1. Panas dapat meningkatkan pendarahan dan edema setelah pada luka akut
2.      Dingin kontraindikasi  jika digunakan diatas jaringan yang iskemik.
TENS (Transcuntaneous Electrical Nerve Stimulation)
1.      Mengurangi nyeri tanpa efek samping yang ditimbulkan obat anti nyeri
2.      Dapat digunakan sebagai terapi tambahan (adjuvanty teraphy) bersama dengan terapi modalitas lainnya.
3.      Memberikan kemampuan kepada klien untuk mengontrol nyeri
 1.      Membutuhkan seorang terapi ahli 
2.      Resiko infeksi dan perdarahan
Akupuntur
1.      Mengurangi nyeri tanpa efek samping
2.  Dapat digunakan sebagai terapi tambahan (adjuvanty teraphy) bersama dengan terapi modalitas lainnya.
 
 1. Membutuhkan seorang terapi ahli

Sumber: Acute Pain Management Guideline Panel. [1992]. Acute pain management: perative or medical procedures and trauma. Clinicalpractice guideline. [AHCPR Publication No. 92-0033]. Rockville, MD: Agency for Health Care Policy and Research


1. Distraction (pengalihan perhatian terhadap nyeri)
Distraksi merupakan strategi pengalihan nyeri yang memfokuskan perhatian klien kepada sesuatu yang lain dari pada terhadap rasa nyeri dan emosi negatif. Anak dan usia sekolah rasanya yang lebih banyak menggunakan tehnik ini. Seperti yang banyak orang tua ketahui permainan yang interaktif atau mendengarkan musik, merupakan terhnik distraksi yang kuat bagi anak.
2. Reframing
Reframing merupakan tehnik yang mengajarkan untuk memonitor/mengawasi pikiran negatif dan menggantinya dengan salah satu pikiran yang lebih positif. Ajarkan klien yang memandang  nyeri dengan ekspresi negatif seperti , “ saya tidak kuat menahan rasa nyeri  ini, rasa nyeri ini tidak pernah berakhir” tetapi ganti (reframing)  pandangan klien dengan “saya pernah merasakan nyeri ini sebelumnya, dan nyeri ini akan membaik (berkurang)”
3. Tehnik Relaksasi (Relaxation Techniques)
Tehnik relaksasi merupakan metode yang digunakan untuk menurunkan kecemasan dan ketegangan otot (muscle tension).
  1. Imagery : setrategi yang menggunakan gambaran mental (perumpamaan) untuk membatu relaksasi
  2. PMR (progressive muscle relaxation): setrategi untuk membatu relasksasi melalui penegangan dan pelemasan otot.
Kesemuanya digunakan untuk mencapai kondisi relaksasi  fisik dan mental. Relaksasi  fisik bertujuan untuk menurunkan ketegangan otot dan relaksasi mental untuk menurunkan rasa cemas.
4. Biofeedback
Latihan biofeedback merupakan cara lain untuk membatu klien ketika mengalami nyeri, khususnya bagi seseorang yang sulit merileksasi ketegangan otot.  Biofeedback merupakan sebuah peroses individu untuk belajar mempengaruhi respon psisiologis diri. Melalui biofeedback klien dapat merubah pengalaman tentang rasa nyeri yang sedang dirasakan.
5. Cutaneous Stimulation (simulasi pada area kulit)
Counterstimulation (rangsangan pada area kulit) merupakan istilah yang digunakan untuk mengindentifikasi tehnik yang dipercaya dapat mengaktifkan opioid endogen, sebuah sistem analgesic monoamin. intervensi ini cukup efektif menurunkan bengkak melalui cryotherapy (aplikasi dingin), menurunkan kekakuan (memalui aplikasi panans), dan meningkatkan input serabut saraf yang berdiameter besar untuk memblok pesan nyeri yang dihantarkan oleh serabut saraf diameter kecil (melalui aplikasi panas, dingin, tekanan, getaran, atau pijatan).  Panas dan dingin dapat memproduksi analgesia untuk mengurangi nyeri. Terapi panas meningkatkan aliran darah, meningkatkan metabolism jaringan, menurunkan kekuatan vasomotor, dan meningkatkan vikoelasitas jaringan rawan /penyambung sehingga efektif untuk mengurangi nyeri sendi atau kekakuan sendi. tetapi penggunaan terapi panas perlu di control karena dapat meningkatkan bengkak dan peroses peradangan. Terapi dingin pun mempunyai beberapa keunggulan:
  • Mengurangi bengkak dengan menurunkan aliran darah
  • Menurunkan peradangan
  • Mengurangi demam
  • Mengurangi sepasme otot
  • Meningkatkan ambang batas nyeri sehingga mengurangi nyeri
Transcutaneous Stimulation
Transkutan stimulasi di dapat melalui penggunaan Transcutaneous electrical nervestimulation (TENS), akupuntur, dan akupresur.

Diterjemahkan dari: 
Sue C. Delaune and Praticia K. Ladner. Fundamental of Nursing Standards & Practice Second Edition. 2002.  Delmar Thomson Learning : United States of America




search in http://jimipositron.blogspot.com 

Selasa, 02 September 2014

Makalah Sejarah Keperawatan Indonesia



BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
         Keperawatan akan selalu memiliki jawaban terhadap kebutuhan kliennya. Pada masa perang, respon keperawatan akan menjawab kebutuhan korban pada saat peperangan. Saat terjadi krisis pelayanan kesehatan dimasyarakat seperti wabah penyakit atau sumber daya pelayanan kesehatan yang tidak memenuhi syarat, para perawat akan menyelenggarakan imunisasi yang berbasis masyarakat.
         Para perawat mempelajari dan menguji cara baru dan lebih baik untuk menolong kliennya. Perawat peneliti merupakan pemimpin dalam perluasan pengetahuan keperawatan dan disiplin ilmu pelayanan kesehatan lainnya. Pada awal sejarah keperawatan saat Perang Crimean, Florence Nightingale mempelajari dan memperbaiki metode sanitasi lingkungan perang. Dan berhasil mengurangi angka kematian dan infeksi berbagai penyakit.
         Pengetahuan mengenai sejarah profesi perawat akan meningkatkan kemampuan anda untuk memahami sisi social dan intelektual dari disiplin ilmu ini. Walaupun tidak dapat dijelaskan secara praktis untuk menjabarkan seluruh aspek sejarah dari keperawatan professional.

2.      Tujuan
1.      Mengetahui bagaimana sejarah keperawatan dalam ruang lingkup nasional (Indonesia)
2.      Mengetahui hubungan sejarah masa lalu dengan masa kini




BAB II
ISI


1.    Sejarah Keperawatan Nasional (Indonesia)
Seperti halnya perkembangan keperawatan di dunia pada umumnya perkebangan keperawatan di indonesia juga dipengaruhi oleh kondisi sosial dan ekonomi,penjajahan pemerintah kolonial Belanda,Inggris dan Jepang serta situasi pemerintahan Indonesia setelah merdeka mewarnai perkembangan keperawatan di Indonesia.Perkembangan di Indonesia dibagi menjadi dua masa diantaranya:
A.   Masa sebelum kemerdekaan
1.      Masa penjajahan Belanda
Perawat berasal dari Indonesia disebut sebagai Verpleger dengan dibantu oleh zieken oppaser sebagai penjaga orang sakit.Perawat tersebut pertama kali bekerja di rumah sakit Binnen Hospital yang terletak di Jakarta pada tahun 1799 yang ditugaskan untuk memelihara kesehatan staf dan tentara Belanda. sehingga akhirnya pada masa Belanda terbentuklah Dinas Kesehatan Tentara dan Dinas Kesehatan Rakyat.Deandels mendirikan rumah sakit di Jakarta ,Semarang,Surabaya,tetapi tidak diikuti perkembangan profesi keperawatan,karena tujuannya hanya untuk kepentingan tentara Belanda.
2.      Masa Penjajahan Inggris
Kemudian pada masa penjajahan Inggris yaitu Rafless, mereka memperhatikan kesehatan rakyat dengan moto kesehatan adalah milik manusia dan pada saat itu pula telah diadakan berbagai usaha dalam memelihara kesehatan diantaranya usaha pengadaan pencacaran secara umum, membenahi cara perawatan pasien dangan gangguan jiwa dan memperhatikan kesehatan pada para tawanan.
Beberapa rumah sakit dibangun khususnya di Jakarta yaitu pada tahun 1819, didirikan rumah sakit Stadsverband, kemudian pada tahun 1919 rumah sakit tersebut pindah ke Salemba dan sekarang dikenal dengan nama RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo),kemudian diiukuti oleh rumah sakit lainnya,yaitu RS PGI Cikin Jakarta,RS ST Corollus Jakarta,RS ST Boromeus di Bandung,RS Elizabeth di Semarang,Bersamaan dengan itu berdiri pula sekolah-sekolah perawat.
3.      Masa Penjajahan Jepang
Pada masa ini perkembangan keperawatan mengalami kemunduran dan dunia keperawatan di Indonesia mengalami kegelapan.Tugas Keperawatan dilakukan oleh orang-orang yang tidak terdidik,pimpinan rumah sakit di ambil oleh jepang,akhirnya terjadi kekurangan obat dan timbul wabah penyakit.

B.   Masa setelah kemerdekaan

Pada tahun 1949-1950 merupakan periode awal kemerdekaan dan merupakan masa transisi pemerintahan Republik Indonesia sehingga dapat dimaklumi jika pada masa ini boleh dikatakan tidak ada perkembangan. Demikian pula tenaga perawat yang digunakan di unit-unit pelayanan keperawatan adalah tenaga yang ada,pendidikan tenaga keperawatan masih meneruskan sistem pendidikan yang telah ada (lulusan pendidikan “perawat” pemerintahan Belanda.
Perkembangan keperawatan secara konseptual belum ada dan ini berlangsung sangat lama,karena baru pada dekade delaman puluhan mulai tampak ada perkembangan. Hal ini dapat diketahui dari tidak adanya kejelasan konsep-konsep keperawatan ditambah tidak adanya pola ketenangan untuk pelayanan keperawatan. Bentuk-bentuk kegiatan pelayanan keperawatan dari tahun 1945 sampai akhir tahun 1962-an masih berorientasi pada keterampilan melaksanakan prosedur dan lebih pada perpanjangan tangan untuk kegiatan-kegiatan pelayanan medis, sampai adanya perubahan konsep tentang keperawatan sebagai profesi tahun 1983. Pembangunan dibidang kesehatan diamali pada tahun 1949. Telah banyak rumah sakit yang didirikan serta balai pengobatan dan dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan pada tahun 1952 didirikan sekolah perawat.
Tahun 1955 dibua Sekolah Djuru Kesehatan (SDK) dengan pendidikan dasar umum sekolah rakyat ditambah pendidikan satu tahun dan Sekolah Pengamat Kesehatan yaitu sebagai pengembangan SDK ditambah pendidikan satu tahun. Pada tahun 1955 ini tampak pengembangan keperawatan tidak berpola,baik tatanan pendidikannya maupun pola ketenangan yang diharapkan.
Pada tahun 1962 telah dibuka Akademi Perawat,yaitu pendidikan tenaga keperawatan dengan dasar pendidikan umum SMA di Jakarta,di RSUP Cipto Mangunkusumo yang sekarang kita kenal sebagai Poltekes Jurusan Keperwatan di Jakarta yang berada di jalan Kimia No.17 Jakarta Pusat.Akademi keperawatan tidak berada dalam sistem pendidikan tinggi nasional namun, berada dalam struktur organisasi institusi pelayanan kesehatan yaitu rumah sakit.
·        Periode tahun 1963-1982
Pada masa tahun 1963 hingga 1982 tidak terlalu banyak perkembangan di bidang keperawatan,sekalipun sudah banyak perubahan dalam pelayanan,tempat tenaga lulusan Akademik Keperawatan banyak diminati oleh rumah sakit,khususnya rumah sakit besar.
·        Periode tahun 1983-sekarang
 Tahun 1983 merupakan tahun kebangkitan profesi keperawatan diIndonesia,sebagai perwujudan lokakarya tersebut diatas pada tahun 1984 diberlakukan kurikulum nasional untuk Diploma III Keperawtan. Disinilah awal perkembangan profesi keperawatan di Indonesia.
Tahun 1985 dibuka Program Studi Ilmu Keperawatan  di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan kurikulum pendidikan tenaga keperawatan jenjang S1 juga disahkan.
Tahun 1995 dibuka lagi Program Studi Ilmu Keperawatan di Indonesia,yatu di Universitas Padjajaran Bandung dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia berubah menjadi Fakultas Keperawatan.
Tahun 1999 program S1 kembali dibuka,yaitu Progaram Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) di Universitas Airlangga Surabaya,PSIK di Universitas Brawijaya Malang, PSIK di Universitas Hasanuddin Ujung Pandang, PSIK di Universitas Sumatera Utara,PSIK di Universitas Diponegoro Jawa Tengah,PSIK di Universitas Andalas,dan dengan SK Mendikbud No. 129/D/0/1999/ dibuka juga Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan (STIK) di St.Carolus Jakarta.Pada tahun ini juga kurikulum DIII Keperawatan selesai diperbaharui dan mulai didesiminasikan serta diberlakukan secara nasional.
Tahun 2000 diterbitkan SK Menkes No. 647 tentang Registrasi dan Praktik Perawat sebagai regulasi praktik keperawatan sekaligus kekuatan hukum bagi tenaga perawat dalam menjalankan praktik keperawatan secara profesional.








BAB III
PENUTUP
1.      Kesimpulan
            Keperawatan berespons dan beradaptasi terhadap tantangan baru secara berkesinambungan. Evolusi keperawatan membuat profesi ini berada pada masa-masa paling menantang dan mengagumkan selama perjalanan sejarah. Perawat berada pada posisi unik, yaitu profesi untuk meningkatkan dan membentuk masa depan dari pelayanan kesehatan. Keperawatan merupakan kombinasi pengetahuan, dari ilmu fisik, kemanusiaan, dan social, bersama dengan kompetensi klinis yang dibutuhkan untuk melayani kepentingan individual dari klien dan keluarganya.

2.      Saran
            Hendaknya sebagai seorang perawat, kita harus mampu mengembangkan keterampilan yang kita miliki dengan mampu untuk menyesuaikan diri dengan evolusi-evolusi yang terjadi pada dunia keperawatan itu sendiri. Dengan banyaknya  pembaharuan-pembaharuan yang dilakukan  dalam setiap tindakan yang diambil, maka akan mudah bagi kita untuk menjawab semua keluhan-keluhan klien dengan didasari critical thinking yang memadai.


 
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat A. Aziz Alimul. (2007). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Eds 2. Jakarta: Salemba Medika
Asmadi.(2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC  http://perawattegal.wordpress.com di akses selasa 24 agustus 2010 pukul 10:15am